Pelemahan Rupiah Bisa Hambat Pemangkasan Suku Bunga Acuan BI hingga 2025
Wednesday, April 24, 2024       15:24 WIB

Ipotnews - Bank sentral Indonesia kemungkinan akan menunda pelonggaran moneter sampai akhir tahun ini, jika tidak sampai awal 2025. BI harus menunggu hingga ketidakpastian di sekitar jalur suku bunga Federal Reserve dan berlanjutnya pertempuran di Timur Tengah, benar-benar mereda.
Dua puluh dari 21 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan Bank Indonesia akan tetap menunda penurunan suku bunga. Sebagian besar memperkirakan pelonggaran baru akan memungkinkan pada kuartal keempat, dan beberapa lainnya memperkirakan paling lambat pada periode Januari-Maret.
BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps menjadi 6,25% pada hari ini, Rabu (24/4). Keputusan tersebut di luar perkiraan 30 dari 41 analis yang disurvei Bloomberg yang mengekspektasikan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya. Hanya sebelas analis yang memperkirakan kemungkinan kenaikan seperempat poin pada BI-Rate menjadi 6,25%.
Hasil survei tersebut menggarisbawahi bahwa batasan untuk penurunan suku bunga semakin tinggi di  emerging market  Asia. Penguatan dollar dan penghindaran terhadap aset risiko memukul nilai tukar mata uang di kawasan ini.
Analis mengatakan tekanan tersebut bahkan bisa lebih berat bagi BI, yang mandat utamanya adalah untuk memastikan stabilitas mata uang yang sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor asing.
"Ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai arah suku bunga global, terutama dari The Fed," kata Radhika Rao, ekonom di DBS Group Holdings Ltd. "Volatilitas dalam dollar AS dan suku bunga kemungkinan besar akan mengguncang pasar Indonesia lebih jauh, mengharuskan bank sentral untuk mempertahankan selisih yang menguntungkan dengan US Treasury dan menunda dimulainya siklus pelonggaran hingga akhir tahun," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (24/4).
Tekanan pada rupiah mengalami sedikit pelonggaran pada hari Rabu pagi, dan naik 0,4%, memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut.
Dengan nilia tukar mata uang yang mendekati level terendah di era pandemi, dan investor asing menarik USD2,1 miliar dari pasar obligasi Indonesia tahun ini, "rapat [BI] hampir pasti akan berada di sisi  hawkish ," sebuat para ekonom di Morgan Stanley.
Gubernur BI Perry Warjiyo menghapus nada  dovish  yang sebelumnya dinyatakan pada Jumat lalu, bahwa bank sentral akan memastikan stabilitas nilai tukar dengan intervensi pasar dan "langkah-langkah lain yang diperlukan." Saat itu, BI telah meningkatkan penjualan dollar di pasar spot dan derivatif untuk menopang nilai tukar rupiah.
BI juga menaikkan premi untuk surat berharga rupiah, atau SRBI - sebuah instrumen moneter yang digunakan bersamaan dengan suku bunga kebijakan untuk menarik arus masuk. Sementara itu, Pemerintah juga memerintahkan BUMN untuk menahan diri dari pembelian dolar dalam jumlah besar dan impor barang-barang konsumsi.
"BI memiliki ruang untuk melakukan berbagai kebijakan intervensionis untuk menstabilkan rupiah dan melakukan kenaikan suku bunga sebagai pilihan terakhir," ujar Lionel Priyadi, pakar strategi makro di PT Mega Capital Sekuritas, Jakarta. Cadangan devisa Indonesia berada pada USD140 miliar di akhir Maret, jauh lebih tinggi daripada levelnya di bulan Oktober ketika bank sentral terakhir kali menaikkan suku bunga.
Menurut analis PT Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, intervensi valuta asing yang berkelanjutan untuk mendukung rupiah mungkin tidak akan berkelanjutan dan menguras likuiditas dari sistem keuangan. Ia memprediksi kenaikan Bi-rate 25 basis poin pada hari, dan satu lagi di bulan Mei.
Kenaikan suku bunga, jika terjadi, akan mengangkat suku bunga acuan ke level tertinggi sejak diperkenalkan pada tahun 2016.
Meskipun begitu, langkah seperti itu dapat dilihat oleh para investor sebagai "kenaikan yang panik," kata Euben Paracuelles, ekonom Nomura Holdings Inc. di Singapura. "Hal ini dapat menjadi kontraproduktif mengingat kemungkinan reaksi negatif di pasar obligasi yang pada gilirannya dapat mendorong arus keluar dan merusak tujuan stabilitas nilai tukar BI." (Bloomberg)


Sumber : admin

berita terbaru
Saturday, May 04, 2024 - 18:47 WIB
GOTO Berencana Private Placement dan Buyback Saham
Saturday, May 04, 2024 - 18:37 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of KARW
Saturday, May 04, 2024 - 18:32 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of GDST
Saturday, May 04, 2024 - 18:27 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of IKPM
Saturday, May 04, 2024 - 18:22 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of YPAS
Saturday, May 04, 2024 - 18:19 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of TYRE
Saturday, May 04, 2024 - 18:16 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of IGAR